Sekarang sudah lewat dua belas jam dari perayaan tahun baru yang dirayain orang-orang. Mataku masih sembab, mengingat kalimat-kalimatnya semalam. Mendengarkan lagi rekaman hasil percakapan kami. Ia selalu menenangkan aku, bersabar akan semua keburukanku. Harus sabar, katanya. Dilaksanakan. Jangan nangis, jangan kayak gini. Semua ini gak masalah. Begitu ia selalu menenangkan aku. Aku selalu jadi bintang untuknya, itu kenapa ia memberi hadiah nama terindah, Kartika.
Aku ini miskin. Miskin hati, miskin otak. Satu semester gak bisa aku taklukkan, ternyata butuh waktu lebih dari satu semester untuk menyelesaikan ini. Apa aku terlalu bodoh? Satu semester berkutat disatu hal yang sama. Aku tanya, kenapa aku tidak bisa pintar sepertinya? Tapi jawabnya adalah aku lebih pintar darinya. Aku gak tau, itu maksudnya menenangkan atau gimana.
Aku sedih, ayah.. gak bisa mencapai apa yang sudah aku targetkan. Tau gak, tahun 2010 ada 2 hal yang gak bisa aku raih, padahal sudah diplaning dari sebelum 1 januari 2010. Apa ini namanya????? Aku sedih gak bisa menjadi bintang yang baik untukmu. Tapi kenapa ayah selalu tenang, selalu tidak mempermasalahkan kekurangan aku. Aku ingin pintar sepertimu, ingin cerdas sepertimu. Aku bahkan gak pernah juara kelas di sekolah umum sepertimu, ayah. Aku bahkan gak berstandar anak SMA 1 Teladan Jogja sepertimu, ayah. Walau kau tak merasakan duduk dibangku itu hanya karena uang!! Padahal semuanya aku dapatkan darimu. Gak ada sesuatu yang kurang yang kau beri untukku. Dan lihat, aku belum juga bisa membalasnya. Aku juga bahkan gak bisa lolos ke D3 perpajakan STAN! Tapi gak pernah berkurang sayangmu untukku, ayah. Setiap aku bilang maaf, kau selalu bilang itu bukan masalah bagimu. Tapi tau gak, aku pengen melihatmu senyum bahagia. Pengen, ayah.
Lihatlah, aku mulai mencintai jurusan bernama akuntansi. Aku mulai mencintai kata-kata perusahaan, asset, hutang lancar, pengujian substantif, jumlah lembar saham,rasio likuiditas, neraca, modal kerja, metode garis lurus, arus kas, leasing, fifo lifo, earning per share, dan semuanya. Tapi, terlambat mencintai sesuatu itu gak enak.
2 komentar pembaca:
keberhasilan seorang anak adalah melebih apa yang pernah dicapai ayahnya. kalimat itu yang pernah aku dengar 10 tahu yang lalu atau 15 tahun yang lalu, ntah kapan pastinya aku lupa. kini usia ku 22 tahu.
sekarang setelah 22 tahun, pertanyaan yang muncul. apa aku telah melebihi pencapaian yang telah ayah capai? sangat naif kalo saya jawab, saya telah melebihi pencapaian yang telah ayah capai. coba kita berfikir kedepan, 20 tahun kemudian atau 40 tahun kemudian.apa yang terjadi dengan kita, mungkin kita sudah punya anak-anak yang cerdas, cakep dan cantik, sholeh dan sholeha. cucu yang lucu-lucu. punya finansial kuat. ketaatan terhadapan agama yang baik. lalu kita berfiir sejenak. apa yang akan kita ucapkan untuk ibu dan ayah ketika pencapaian kita sangat-sangat sempurna.
kalau 40tahun ke depan, financial kita lebih kuat, ketaatan agama kita semakin dan lebih baik, tetap mereka yang paling hebat karena mampu menjadikan kita seperti itu kelak..
Posting Komentar