elegi

tidak terlalu melelahkan kegiatan hari itu baginya, meski cukup membuatnya khawatir, memenuhi kepalanya. gak seperti biasanya, siang itu ia memutuskan untuk menuruti apa kata temannya -setelah bertahun-tahun jarang sekali melakukannya- memakai sarung tangan. setelah membayar parkir, gak tunggu apa-apa lagi, bergegas ia meninggalkan gedung empat lantai tersebut. siang itu terik matahari menusuk kulitnya, seperti biasa gak perlu pikir panjang, Ve -begitu ia biasa dipanggil- ngebut sejadi-jadinya. kepalanya terasa sakit, cuma bisa membayangkan pasti enak minum jus stroberi trus rebahan di kamar.

sampai jalan gejayan, sebentar lagi, pikirnya. memutuskan untuk menyalip motor di depannya, tanpa sadar ada motor lain yang juga akan menyalipnya. terjepit di tengah, dan harus mengalah demi keselamatan tiga motor termasuk dirinya *lebay ini bahasanya*, dan mengingat si penyalip lain adalah lelaki dengan tas ransel tinggi dan terlihat cukup menakutkan kalau-kalau harus berurusan dengannya nanti. Ve mencondongkan badan dan motornya ke kiri, menghindari pengendara di sebelah kanannya yang sedang berusaha menghindarinya juga. matanya lurus ke depan, memperhatikan si pengendara menunduk ke arah kiri belakang yang gak sempat menyampaikan pandangan ke arah Ve, hanya sampai pada kuda besi yang Ve kendarai. lima belas meter dari tempat kejadian itu adalah perempatan ringroad utara dengan lampu merah yang baru saja menyala. semuanya berhenti, pun si pengendara kuda besi yang tadi menyalipnya. Ve memperhatikan ke arah spion motor si anak gunung -itu yang terlintas dibenak Ve saat melihat orang itu sejak kejadian cepat tadi-. semakin dekat, Ve tau arah mata si anak gunung adalah fokus ke spion kirinya. takut kalau-kalau dimarahi karena kejadian barusan, Ve ambil inisiatif untuk berhenti di sebelah kirinya, satu setengah meter di depannya. dan lagi-lagi otaknya Veka mampet, gak pikir panjang, Ve gerakkin stang motornya, menangkap si anak gunung ada dalam spion kanan motornya. dengan jelas dapat dilihatnya bagaimana matanya menangkap penuh ke arah spionnya Ve, dan masih dengan tololnya Ve tetap pada kegiatannya, tidak berpaling. how stupid she is! yaa tiga detik setelah peristiwa pandang-memandang dari pantulan cermin itu, didapatinya si lelaki pendaki gunung berbelok sedikit ke kanan, berniat menyalip mobil di depannya. sadar dengan hal itu, Ve yang masih aja bodoh, masih memegangi stang motornya, dan dengan yakin memalingkan kepala ke arah kanan, entah apa benar-benar menunggui si pengendara itu. benar saja, tepat di kanannya, berjarak satu meter saja, dengan pandangan yang tepat jatuh ke matanya Ve, dengan posisi tangan yang sama, dan mereka seperti cermin yang saling memantulkan bayangan diri masing-masing. berapa lama sampai akhirnya Ve sadar tentang mereka yang terlalu lama saling tatap. lima detik. tapi rasanya lebih dari itu, mungkin enam detik. sampai akhirnya Ve memalingkan wajahnya ke arah timer si lampu lalu lintas. hanya satu detik matanya menangkap detikan warna merah yang posisinya tinggi di atas sampai akhirnya ia dengar suara gas motor yang sengaja dimainkan kencang oleh pemiliknya dari arah tepat sebelah kanannya. lagi-lagi Ve masih bodoh, dengan refleks malah nengok ke arah suara. didapatinya si anak gunung masih memperhatikannya, kali ini sambil memainkan gas motornya, suaranya kencang, bener-bener kencang. hanya sekitar tiga detik mereka saling tatap, ah tidak, mungkin sekitar dua setengah detik karena setelah itu si anak gunung malah membuang muka ke arah depan dan maju sedikit sampai ke samping mobil. ya, mereka tidak lagi simetris sekarang. ah, peduli apa! pikir Ve.

tapi alisnya, bentuknya gak biasa. kata Ve dalam hati. ah, memang yang punya alis bentuk gitu cuma satu orang di dunia? batinnya lagi. begitu hijau menyala, semua kendaraan melaju lagi. seperti selesai sudah drama yang tadi mereka mainkan, seperti harus kembali ke balik panggung lagi dan bergumul dengan fakta-fakta hidup bahwa ia tetaplah seorang anak perempuan yang masih harus belajar, demi tujuan-tujuan hidup yang sudah ia susun dari jauh-jauh hari, dan kembali melakukan langkah-langkah strategis untuk mewujudkannya. Ve ambil jalan ke arah kanan, seperti kembali ke panggung pentas, didapatinya lagi si anak gunung dengan alis merapat tadi. cuek, Ve berlaku biasa saja. jalanan padat, sampai pada polisi tidur depan polda, motornya bergerak tak lazim. seperti agak terbang, ada yang gak beres dengan motornya. tetap tenang, tetap bisa kendalikan keadaan. sampai akhirnya motornya kembali bergerak lak lazim, seperti sedikit tergoncang, seperti badannya tersentuh sesuatu, kejadian yang begitu cepat, dan sudah ddidapatinya dirinya tersungkur d aspal dengan sebelah kaki tertindih motor. "aduuuuuuhhh!!! sakiiiittttt" katanya teriak. bukan mengucap istighfar seperti yang diajarkan ayahnya, Ve malah ngomel-ngomel.

orang didepannya, yang juga terjatuh dari kendaraannya, tanpa bicara apa-apa, dengan sigap membantu Ve lepas dari tindihan motornya. dengan masih kesakitan dan ngomel-ngomel, "aduuuuhh! siapa sih maen tabrak gw aja!" katanya ketus sambil terima bantuan dari orang tersebut, akhirnya bisa berdiri.

"sorry..." ada suara dari mulut orang yang bantuin Ve. refleks Ve mengalihkan pandangan dari memperhatikan kakinya ke wajah yang punya suara. kayak orang linglung dia malah liatin alis si empu suara 'sorry' tadi.
"eh, makasih." Ve lebih kalem. "lo tau gak siapa yang nabrak gw tadi, pasti kabur deh tu orang!"
"dasar dongo, gak liat tuh gw juga jatoh? lo kesenggol sama gw tadi... sorry," kata si anak gunung datar.
"heh yang dongo tuh elu pake nyenggol gw, sakit nih tau gak!" Veka jadi balik lagi ketus.
"ya tau, makanya gw minta maaf. yaudah, gw buru-buru nih." sambil mau pergi.
"lo tuh orang apa bukan sih gak punya perasaan amat! kalo kaki gw patah gimana?!!"
"udah gw tolongin bukannya bilang makasih malah cerewet marah-marah sama gw?" dengan muka serem.
"udah, udah, sana lo pergi! sana!!!" Ve kasar banget.
"daritadi gw ngomong baik-baik sama lo ya!"
"terserah!!" bentak Ve lagi. "sana pergi! enek gw liat muka lo!" masih mau ngomong lain lagi, udah gak sempet karna mulutnya ditutupin sama tangan tuh si anak gunung. setengah paksa-paksaan, akhirnya Ve berhasil lepasin.
"makanya lo jangan cerewet!" tantang lelaki agak tinggi di depan Ve.
"pergi sana! gw teriakin maling tau rasa lo digebukin massa!" Ve malah mengancam.
"gak takut!" balasnya sambil melotot.
"oke..." kata Ve pelan. "toloooooong! toloooooong! gw diperkosaaaa!!!!! toloooonggg!!!!" Ve teriak-teriak kenceng. kaget bukannya diteriakin maling, gelagapan, cepet-cepet tu anak gunung pergi. ngebut ninggalin Ve.

*****

sampai d halaman kos nya yang kecil, tanpa matiin mesin motor Ve langsung turun dan melihat-lihat keadaan motornya. nyari-nyari apa yang salah sampai ia merasa tu motor gak enak dibawa jalan. diperhatiin semua-muanya, ban depannya ada yang benjol. kaget, dia pegang-pegang itu ban.

"kenapa mbak?" sapa pak Sabar, penjaga kos cowok sebelah.
"ini pak, kok ada benjol gini yah ban motorku..." katanya bingung.
"mana?" pak Sabar sambil ke arah Ve. "oooohh, bahaya ini mbak, minta diganti nih. sana bawa ke bengkel, ganti ban luar, bahaya." lanjutnya sambil mencet-mencet itu ban depan. "lho, udah hampir benjol-benjol nih permukaan yang lain. sana bawa ke bengkel, tapi pelan-pelan jalannya ya."
"hah?" Ve kaget. "terus gimana nih pak, jangan-jangan ntar meledak di jalan?"
"ya enggak, pelan-pelan nyampe insyaAllah. coba dikurangin dulu anginnya." pak Sabar dengan sabarnya.
"iya deh..." Ve suaranya kedengern capek.
"emang darimana tadi, kok tumben pake rok gitu...?"
"abis dari tes kerja pak," kata Ve sambil ngempesin ban depan motornya. "yaudah besok aja deh ke bengkelnya, aku capek nih pak."
"yaudah, ati-ati kalo ke bengkel jangan ngebut ya mbak.." sarannya pak Sabar.
"nggih pak... makasih ya pak,"

sedikit capek, Ve ganti baju, lanjut solat dzuhur. leyeh-leyeh bukannya beli makan, dia malah ketiduran.

*****

bangun tidur pagi-pagi, udah gak inget sama kejadian kemarin, dan toh kakinya juga gak sakit-sakit banget, Ve bergegas mandi udah planning mau beli ban depan buat motornya. Ve pergi, keluar dari kos setelah terima telpon adiknya yang kasih tau dimana tempat yang recomended, yaelaaah ternyata gak jauh dari lampu merah kosannya. langsung aja dia tancep gas, udah lupa sama pesennya pak Sabar kemarin.

sampai ditempat ban, Ve kasih kunci ke tukangnya. "ganti ban depan, mas." katanya singkat.
"mana mbak? motor apa?" mas nya ramah.
"tuh mas, mio, ban yang depan yah, pake irc." pesannya.
"oke," kata mas nya pergi ke dalem, dan balik lagi bawa kursi, "duduk sini aja mbak..."
"iya, makasih mas." Ve ngejawab sambil liat-liat brosur.

baru duduk berapa detik, tiba-tiba ada bayangan mendekat, "wih, ganti penampilan nih. kok gak pake rok lagi kayak kemaren?" suara yang masih asing banget buat telinga Ve, tapi jadi gak asing lagi waktu Ve lihat ke arah sumber suara, lihat bentuk alisnya.
"heh ngapain lo ngikutin gw?!" Ve langsung ketus. tapi setengah detik kemudian langsung sadar gak mungkin itu orang ngikutin dia sampai hari ini kan. "ngapain lo disini!" kata Ve meralat omongannya.
"ya terserah gw lah mau ngapain." katanya agak galak. "nama lo siapa?"
"idih! ngapain gw harus kasih tau nama gw!"
"lo tuh gak usah ke-geer-an. dari kemaren juga gw mau tanya nama lo." jawab si lelaki sambil mengalihkan pandangan ke arah ban-ban yang tersusun rapi dalam toko. "lo mirip sama temen gw." lanjutnya pelan. Ve malah masih ngeliatin alis tu orang tanpa sadar. "tapi kemaren baju lo aneh, gak mungkin lo temen gw, makanya gw gak jadi tanya. udah gitu lo malah teriak-teriak diperkosa! lo tau gak, kalo gw orang jahat, malah gw perkosa beneran lo!"
"lo kurang ajar banget sih! sana lo jauh-jauh!" Ve marah walopun sebenernya ketakutan juga.
"nama lo siapa?" gak jera dia tanya lagi.
"Veka, bawel!" Ve langsung berdiri, pindah tempat, menjauh dari orang asing itu.

baginya, gak ada alasan buat tanya balik siapa nama orang tersebut, atau tanya apa yang ia lakukan buat bikin alisnya bisa bersatu antara alis yang kiri dengan yang kanan, atau tanya kenapa kira-kira mereka bisa ketemu lagi di tempat itu setelah hari sebelumnya mereka adu pandang dari motor masing-masing di lampu merah cukup lama, atau apalah. setelah selesai, Ve langsung pulang. sempat ia mencari keberadaan si anak gunung yang sudah tanpa ransel tinggi dipundaknya, tapi gak didapatinya ia masih disana. Ve langsung pulang ke kos lagi.

sampai d kos, kayak biasa tanpa matiin mesin, langsung turun dari motor buat buka pintu. eh malah ada motor lagi ke arahnya, dan terlihat kayaknya gak asing dari bentuk-bentuknya. sialan nih orang malah ngikutin gw! mati gw! Ve setengah kaget dan setengahnya lagi ketakutan, inget sama apa yang dibilang orang itu barusan. Ve cuma diem aja dan cepet-cepet buka pintu mau masukin motor dan berlindung ke dalem kosan. tapi orang asing itu juga gesit.

"Ve!" katanya berseru biar Ve gak masuk kos. gak tau apa yang ada dipikirannya, dia malah berhenti dan gak jadi masuk kos. Ve berbalik dan nyamperin tu orang.
"gw minta maap kalo kemaren gw kasar, tapi tolong ya lo gak usah jahat sama gw." kata Ve rada ketakutan. "kita maafan aja, gw gak bakalan inget-inget, lo juga gak usah diinget-inget lagi. deal yah?" kata Ve lagi, kali ini lebih hati-hati.
"lo Veka?" kata orang asing itu seolah gak menghiraukan apa yang udah panjang lebar Ve omongin. dan Ve cuma diem dengan muka ketakutan. "lo Veka, yang kalo ditinggalin sendirian di lapang suka nangis? yang sukanya minta tolong terbangin layangan?" Ve kaget denger kalimat yang keluar dari mulut orang yang punya alis nyambung antara yang kiri dan kanan, tetap diam dan seolah masih pengen dengerin kalimat apa lagi yang bakalan dia bilang. "lo Veka yang pernah jatoh dari sepeda, nangis-nangis bukan karna kesakitan tapi karena liat darah di kaki temennya yang juga jatoh?" mendengar yang ini Ve malah berasa ditarik ke belasan tahun silam, hal-hal yang terkadang masih dia ingat. "lo Veka yang sukanya nyari-nyari siput disekitar rumahnya buat dikasih garem biar meleleh?" mata orang itu sudah tidak asing lagi bagi Ve, Ve betul mengenalnya kali ini. "Veka Adyazura?" katanya lagi, dengan lirih.

Ve setengah berkaca dimatanya. sedikit tersenyum, dan merasa ada kelegaan yang amat dalam. memang pernah dibayangkannya, bagaimana seandainya orang yang belasan tahun silam ditangisi kepergiannya, tiba-tiba datang. Ve masih berusaha percaya dengan semua yang ada didepannya saat itu.

ia ingat betul bagaimana dulu ia menangis kencang waktu satu-satunya teman dekatnya pergi dari komplek perumnya, karena ayahnya pindah tugas di pulau lain. tangisannya betul kencang, kencang sekali, sampai ibunya kewalahan mendiamkannya. mungkin terbayang baginya hari-hari yang akan hambar tanpanya, hari-hari ia tidak akan bisa lagi main layangan atau balapan sepeda. sesuatu yang sederhana, yang bila dibayangkan oleh anak kecil akan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.

"Sam...." kata Ve pelan, akhirnya. "Sambu Kiandrahata." lanjut Ve.
lelaki itu tersenyum, terlihat lega karena orang didepannya saat itu ternyata masih mengingatnya. "iya, Ve."
"gw pikir ada banyak banget orang yang punya alis kayak punya lo, Sam!" Veka dengan riang.
"jadi??" jawab Sambu sambil merentangkan kedua tangannya. Ve menghambur ke arahnya, mendekapnya. erat.

***********

"Ve....! Veeee....! bangun...!" suara  teman satu kos Veka teriak-teriak sambil gedor-gedor pintu kamarnya.
entah apa yang dibutuhkannya sehingga harus dengan kasar caranya membangunkan Ve dari mimpi. mimpi yang diharapkannya nyata. ah, mana mungkin. batinnya lemas. lo udah beda tempat sama gw, gak mungkin kan mimpi barusan bakal jadi nyata? batinnya sedih. tapi gapapa, seenggaknya lo bisa dateng kapan aja dimimpi gw kan, Sam... katanya lagi berusaha menghilangkan sedihnya. "lo baik-baik disana ya, Sam. gw udah minta sama Allah buat kasih satu malaikat buat temenin lo." katanya lirih sambil berusaha senyum, mengambil boneka kecil disampingnya. boneka yang dulu Sambu kasih diulangtahunnya, tepat diumurnya empat tahun.
"iyaaaaaa...! gw udah bangun!"

selamat malam, kamu

Rindu ini membasahi kerongkonganku. Deras seperti hujan. Ah, tidak! Kamu pernah lihat air terjun niagara? Agaknya lebih mirip dengan itu. Ya, seperti itu. Seperti itu ia membasahi tenggorokanku yang haus dengan pertemuan. Aku bersyukur karena tanpanya pasti terasa kering dan sakit, mungkin aku akan berteriak parau.

Tapi kamu benar pernah lihat niagara itu kan? Ini bukan wahana dufan hun, kamu harus tau betapa deras dan kencang jatuhnya setiap aku bernafas, merapal doa dan mengeja namamu. Di sini, di tenggorokanku, deras menuju hati lalu aku kedinginan. Ah, untung saja tidak menenggelamkan jantungku.. Kalau tidak, pasti aku akan mati, karena deras rindu!


[Jogja, sesaat setelah telpon mati]


Published with Blogger-droid v2.0.1

bejana rindu

aku tak akan kalah, sayang! tapi benar kamu harus membayar semua rinduku. melihatmu saja, cukup. ah, tapi pasti tak akan cukup, aku butuh lebih dari sekedar melihatmu.
kalau mereka bisa membakukan rindu, maka aku dapat menambah terus jumlahnya -  tanpa henti, tanpa jera. tak peduli membanjiri waktu tumpah dari takarannya.
ini saja, selalu ini, rindu. aku tau kamu mampu membayarnya, membeli semua rindu yang tertampung dalam kotak tak berwujud, dengan hari tanpa naskah, tanpa data, tanpa liputan. hanya ada aku.

[Jogja, 24 April 2012 - melepas senja]

<3 U

Pengen kamu tau. Ini bukan tuntutan. Tapi benar ingin kamu ada disini, sebentar bukan masalah, aku ingin membayar lunas semua hutangku.


Published with Blogger-droid v2.0.1

how fast time flies!

gak berasa udah setahun yaaa. inget gimana februari tahun lalu, mandi kalo inget aja, melototin annual report walopun kadang nginput dan ngolah data dengan setengah nyawa aja, dan gimana dengan selalu tergesa-gesa lari ke kampus cuma buat ke ruang MM ketemu perempuan pintar dosen S2 untuk kasih hasil perkembangan, dan untuk kena 'tamparan' dilempar lah bendelnya, dibatalin lah janjiannya. tapi gak akan pernah lupa juga waktu beliau bilang "kamu daftar sidang ya buat bulan depan.". dalam hati cuma bilang "kemaren baru aja gw bayar spp smt delapan, dan duit segitu cuma buat nunggu sidang bulan depan doang? hiks...". tapi selain itu, berasa hati gw teriak-teriak girang ngebayangin maret udah bakalan lepas dari gedung yang gak gw suka itu. tapi paling enggak, gw ninggalin tu gedung dengan cara yang bener, bukan drop out (ini yang pernah gw bicarain bareng satu temen yang juga gak doyan akunt, yang masuk akunt karna bokap, sama kayak gw). lebih inget lagi waktu udah masuk maret beliau bilang "sidangnya ditunda april saja.". tidak cukup 'menampar' gw waktu itu, tapi lebih dari nusukin paku ke jantung gw. aaaaakkk sedihnyoo waktu itu.
kemarin, masih ketemu sama beliau, ternyata gw masih aja ada di gedung ini, dan kali ini ketemu dalam forum kelas. padahal setahun lalu dateng ke MM cuma buat bimbingan skripsi, ternyata sekarang ini malah satu kelas sama anak Maksi. hmmm semoga suatu hari gw gak berpikiran buat ambil Maksi atau MM.

inget sama apa kata temen gw waktu udah kelas 3 SMA dulu "pilih jurusan yang lo suka, nong. yang emang lo minat, bukan yang bokap lo minat. ntar yang ada kuliah lo gak beres.". sekarang, setelah bertahun-tahun lewat, gw sadar ternyata gw bisa kok suka sama akunt, suatu hal yang bokap suka. gw bisa kok suka sama apa yang disukai orang yang gw sayang. dulu, tiap gw mau bolos, gw ingetnya bokap, gak jadi bolos deh. dulu waktu SMP gw naruh contekan di dalem dasi (beruntung dasi sekolah gw bagus :p), waktu SMA gw naruh contekan di paha gw, kuliah? gw inget bokap dan gw gak lakuin hal-hal macem itu. dulu, kalo mau UTS atau UAS, gw ingetnya bokap, gak jadi maen deh.

udah tua ih gw ternyata. kayaknya belom lama deh ada di lapang basket sampe tengah malem bareng temen2 dulu, perasaan belom lama berangkat sekolah lari2 karna masih jalan d komplek D-40an tapi bel sekolah udah kedengeran bunyinya, (atau) belom lama juga nyampe kelas dan temen gw bilang "Kartika dateng, pasti bentar lagi bel masuk!". heemmm how i miss that moment, dude! atau waktu SMA, kayaknya belom lama deh dijemur depan tiang bendera, atau belajar di pintu kelas karena telat masuk dan ketauan dari kantin, atau mohon2 sama guru senirupa (yang selalu membanggakan perspektif amerika) buat tas ransel gw balik gara2 bolos jam pelajarannya, atau minta maaf ke ruang guru biar mau ngajar di kelas lagi. dan jadi inget gimana tampang bego gw waktu maen suit jepang sama c jelek, atau tampang culun gw waktu tanding futsal lawan ipa 3, atau gimana tampang ngenes gw kalo pulang basket duitnya abis buat beli minum dan gak punya duit buat naek ojek masuk perum, atau kayak gimana ketawa gw bareng c karin kalo liatin kundrat maen basket dengan baju baru yang belom dilepas merknya, atau gimana tampang angkuh gw waktu musuhan sama catur2 gw, atau gimana yaaa ekspresi gw dulu waktu masih kelas satu dan ada anak  kelas 3ipa2 lewat, hahaha!!!!!

ah, tapi gw belom tua banget kok (menghibur diri sendiri). masih punya banyak PR, masih kudu dapetin satu hal lagi sebelum akhirnya memikirkan separuh ibadah. semoga kali ini bisa, amiiiiiinnnn....

2. Beginilah Rindu Kubakukan, dalam Dear You, Moammar Emka.

11. Rindu Itu, Kamu.

rindu itu sunyi. cuma kamu yang bisa meramaikannya.
rindu itu api. cuma kamu yang mampu memadamkannya.
rinduku itu semena-mena.
begitu terantuk dimatamu, tak mau lari kemana-mana.
rinduku itu haus dan lapar.
cuma sentuhan bibirmu yang bisa memuaskannya.



21. Maaf

maaf jika aku tak disana ketika kamu gelisah.
maaf jika aku tak punya kendali atas waktu dan jarak.
maaf untuk semua gelisah yang kau rasakan.
maaf karena diam-diam aku yang egois ini senang saat rindumu hanya untukku seorang.



[dzuhur, menjelang sabtu malam, pekan ini. kangen kamuuu Kurusetra <3]
belajar !!!
.demi segalanya.

lama kagak nyoret2 tangan lu lek!

"jangan denger kata orang lah, jalanin apa yang lo mau aja, karna cuma lo yang tau kemauan lo sendiri. itu lebih nyaman. yah yah yah."

[nunu, ashar hari ini]

fawatsiqillaaHumma roobithotaHaa

if he called me "hun", what should i called him? "hunhun".
yeah i'll give more.
if he gave me "love", what should i give him? "a lotta love".
yeah i'll give more.
but,
if he said that "he is busy", what should i say? "did u know i need u as my doping now?" "it's ok, i'll waiting".
yeah i'll be right here.

sempurna - nonier

aku nekat, mengambil risiko terluka lagi... dan kali ini karenamu.

kalimat terakhir di penggalan novelnya Nonier. berasa gimanaa gitu. itu terkesan terpaksa kan. tapi ini terpaksa yang indah bagi orang yang dituju, aku rasa. hmm? yaa.. nekat, terpaksa, karena telah mati-matian menahan semua rasanya, sebelumnya, sebelum ia memutuskan untuk mengambil risiko terluka lagi. tau artinya? ia betul sungguhan. tidakkah itu membahagiakan, ada orang yang sungguh-sungguh mencintaimu, bahkan tidak tau apa alasannya.

jika ini investasi, maka ia adalah jenis investor yang risk seeker.

HBD my dearest :-*



seandainya bisa,
dengan singkat aku rakit besi dan baja, terbang ke arahmu sambil menyodorkan pisau dan ancaman pada pilot gagah, agar mau membawaku kesana.

andai saja bisa,
aku bersihkan tabunganku, membeli jam kerja superman agar mau menempatkanku di punggungnya, mengantarku kesana, lagi-lagi ke tempatmu.

dan andaikan bisa,
aku katakan pada detik, maukah engkau mengajukan cuti pada penciptamu agar aku bisa didepannya?  aku katakan pada jarak, maukah engkau mengalah sekali ini saja, menyingkir dari kami dan biarkan kami tanpa kamu satu cm pun? aku katakan pada lakrima, hei, kamu lumpuh sekarang karena cerebrum dan cerebellum ku sudah penuh tentangnya, tak ada lagi alasan untuk kamu tetap berproduksi.



ah, pikiran apa sih ini, toh aku sudah ada dihatinya kan...

happy birthday hunhun :-* :-*
i knew i loved you exactly :)

cuma sampah kok

mencuri adalah salah satu dosa yang tidak termaafkan, dosa terbesar yang dilakukan manusia.
kalau kau membunuh seorang pria, kau mencuri kehidupannya. kau mencuri seorang suami dari istrinya, merampok seorang ayah dari anak-anaknya. kalau kau berbohong, kau mencuri hak seseorang untuk mendapatkan kebenaran. kalau kau berbuat curang, kau mencuri hak seseorang untuk mendapatkan keadilan. tak ada tindakan yang lebih hina daripada mencuri.
[Baba pada Amir, dalam The Kite Runner - Khaled Hosseini]


waaa, jadi mungkin aku bisa sedikit mencontoh Khaled Hosseini untuk aku bisa bilang, kalau kau menyembunyikan sesuatu dari kedua orang tuamu, artinya kau mencuri hak kedua orang tuamu untuk mendapatkan kebenaran, kenyataan yang mungkin akan sulit diterimanya, yang mungkin akan membuatnya semakin menyesal jika terlambat tau, dan membuatnya merasa kehilangan apa-apa jika ia tau bukan dari mulutmu, atau yang lebih parah jika ia tau saat telah berbeda alam denganmu. berkata lah, dan minta maaf. tidak ada yang lebih hina dari seorang anak yang sampai hati merampok hak dari kedua orang tuanya, masih kurang kah baginya apa yang selama ini ia dapatkan.
seseorang bisa saja memiliki jutaan alasan untuk mencintai, bahkan untuk menyembunyikan kenyataan. jika ada kalimat syariat tidak bisa ditawar, maka, masih bisakah kamu menawar pada kewajaran dunia? Allahualam...

untukmu keseribu kalinya

Sedih denger suaranya tadi pagi d telpon. Sabar sayang yaaa... Bentar lagi pasti sembuh,

Langitmu masih sama dengan langitku, kita masih di bumi Allah. Masih bisa sama berlari ke tujuan yang sama, masih punya mimpi yang sama. Iya, mimpi yang sama, cita-cita kita.

Aku masih disini, di kota tempatmu dulu punya segudang mimpi. Jadi kamu akan kembali, kan, 'menjemput mimpimu'. Tolong katakan iya, setidaknya aku akan lega.

Get well soon dear...


Published with Blogger-droid v2.0.1

bingung judul apaan :D

kenapa sih Kar, sering tertarik sama tema yang satu itu, poligami. dan selalu sotoy dengan berkalimat berkalimat berkalimat.
tapi beneran, jujur emang aku penasaran. dulu guru madrasah bilang, "bagi kaum yang berpikir". nahloh... jadi kalo baca apa-apa, kalo dapet informasi apa-apa (red: gosip tv) sebaiknya emang jangan ditelen mentah2, jadi mending dimasak dulu biar gak sakit perut. *gariiiiing
seorang temen pernah bercerita, aku sedikit lupa itu cerita nyata apa bukan. intinya ada seorang istri yang menawarkan poligami bagi suaminya. suaminya tanya, kenapa itu istri kok nawarin kayak gitu. istrinya jawap pake itung-itungan jam yang diakumulasi dalam setahun. jadi, dalam setahun berapa lama dia menstruasi, berapa lama misalkan mengerjakan urusan rumah tangga, dll diakumulasi semuanya, jadi hitungan dia adalah kira-kira cuma sisa waktu setengah tahun bagi dirinya untuk bisa melayani suami. awalnya aku Subhanallaaaaaahhh... jauh juga yah pikiran istrinya, saking sayang sama suaminya. makanya kemudian dia menawarkan ke suaminya untuk poligami. kalo awalnya subhanallah, akhirnya aku jreeengjreeengggg.... padahal menstruasi dan melahirkan adalah kodrat wanita, dengan berpikir begitu apa berarti istri tersebut ingin menghilangkan fitrahnya sebagai wanita? dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu, bukankah itu kebaikan bagi rumah tangga pun bagi suami? aku gak banyak tau.
lanjutnya, suami tanya lagi sama istri, emang dia bakalan siap dan gak sakit hati kalo seandainya suami beneran nikah lagi? daaaaan, ini yang menurut aku super sekali, jawaban si istri adalah "karena syariat ditempatkan diatas perasaan kan..". waw sekali yah kalimatnya :) kalo aku jadi suaminya, beneran bersyukur banget dan makin sayang kalo punya istri kayak gitu. kemudian suami jawab, dia belum ingin menikah lagi a.k.a poligami, karena masih ingin membahagiakan istrinya. ini nih, suami kayak gini yang bukan cuma pinter, tapi cerdas, hehee aku yakin pacar aku cerdas juga, ya gak hun? :D

obrolan siang ini sama seorang temen adalah tentang bahaya menolak hukum Allah, dan dipersempit mengenai poligami. sebagian besar orang lebih melihat pada sisi perempuan. jika perempuan tidak bersedia dipoligami (aku pake bahasa gampang yah), artinya menolak hukum Allah karena poligami itu diperbolehkan, jelas ada di Al Quran. fine, ada rewards surga bagi wanita yang ikhlas dipoligami, bukan rewards surga bagi lelaki yang mampu adil. dan lebih jelas lagi malah disebutkan, neraka lah bagi lelaki berpoligami tapi tidak mampu berlaku adil. nahlooohhh.. aku jadi makin mikir lagi, kali ini melihat dari sisi lelaki. let us try,
sebenernya, yang menolak hukum Allah itu, wanita yang tidak bersedia dipoligami, atau justru lelaki yang berpoligami?? hemheemm. kayaknya ayat itu malah fokus ke lelaki kok, bukan perempuan (bagi perempuan, menurut aku bisa santai dikit lah). coba bayangin, ya memang diperbolehkan bagi lelaki untuk berpoligami, dengan catatan (yang satu ini nih paling aku demen) mampu berlaku adil. nah, kalo ada lelaki tetep aja kekeuh poligami, padahal manusia pinter manapun tau, yang bisa adil tuh cuma Allah. jadi kalo sampe gak bisa adil, justru dia (lelaki) kan yang mengingkari hukum Allah. kok aku malah ngeri yah ngebayanginnya. kalo ada yang baca ini pasti dibilang alay. tapi ini kan page aku, terserah aku mau nulis apa :p

tapiiiii, aku masih belom yakin juga nih, apa bener kalo ada lelaki berpoligami berarti menolak hukum Allah? sementara Rasul kita pernah melakukan itu. disini nih aku butuh pencerahan tentang ini. kakak yang di solo yang ajarin tauhid dan nyuruh2 aku belajar islam dengan kaffah sekarang udah ilang entah kemana gak bisa dihubungin lagi kayaknya.

oh iya, tentang postingan yang ini, bukan bermaksud sotoy, menggurui, menyindir, apalagi menghasut. seperti biasa aku bilang, dari judul ini page, ini cuma perjalanan dari pikiran-pikiran aku (paham dong, bisa salah juga ini pikiran). cuma opini dari anak kecil yang pengen belajar, kalo ada yang mau ngajarin, dengan senang hati deh aku welcome banget. mohon maaf kalo ada yang gak berkenan, ada dua opsi (bukan put option sama call option loh yah *kenapa jadi pasar modal*). opsi satu, ya tinggalin aja ini page, close tab kalian. atau opsi dua, kalo tau aku salah, mohon kasih tau gimana yang benernya. heheee

lofyaaa hunhun,

Suatu hari, akan ada masanya rindu ini menjadi halal untuk kita pertautkan. Disuatu jalan benar pada waktu tepat.

Suatu hari,akan ada masanya sesuatu entah apa namanya yang dikatakan orang, yang sama kita rasa, akan memecah lengkung jarak untuk terus melekat.

Suatu hari, akan ada masanya, kita sama rela melepas ambisi, kita sama rela berjuang mengangkat apa yang kita punya untuk jadi lebih berarti.

Suatu hari, akan ada masanya, aku berhenti egois. Akan ada masanya, kamu sejenak menggantikan liputanmu dengan sibuk bersamaku.


Published with Blogger-droid v2.0.1