Passion yg sesungguhnya, tidak akan pernah mematikan sesuatu yg lain.
Jika engkau mengejar sesuatu yang engkau sebut cita-cita, namun menjauhkanmu dari rasa peduli, itu bukan cita-cita. Jika engkau mati-matian dengan usaha kerasmu menggapai apa yang engkau sebut sebagai impian, namun mudharat mengalahkan manfaat, itu bukan impian yang bagus. Jika engkau menghakimi dirimu sendiri atas sesuatu yang pernah kau sebut sebagai jalan hidup, yang tak pernah bisa engkau raih, adalah ketololan semata.
Engkau menjadi direktur utama, gigih dengan longtermgoal, terus memburu profit dengan berbagai cara dengan alasan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, tanpa peduli bahwa produk yang engkau hasilkan senyatanya adalah produk yang tidak sepatutnya dikonsumsi oleh manusia. Mementingkan rapat dengan komite audit perusahaan daripada memenuhi panggilan dari guru anakmu di sekolah. Lebih senang pulang larut malam daripada mengunjungi pacar dan tau keadaannya secara langsung.
Engkau menjadi senior auditor di kap ternama internasional, terus-terusan tak mengingat waktu. Siang kau habiskan dengan klien, malam kau habiskan bersama excell dan tumpukan kertas yang nama kerennya adalah invoice dan kkp. Berdiri untuk ibadah dengan tergesa, tadarus kau lupakan, puasa sunnah semakin menjauh, kesehatan pun kau abaikan. Engkau tidak melakukan sesuatu yang salah, kau namakan itu pekerjaan, kau awali dengan basmalah agar ternilai sebagai ibadah. Tau kah engkau, sebuah ibadah tidak pernah membawa mudharat.
Kemudian suatu hari pernah engkau merasa menjadi manusia paling tolol karena tak bisa meraih yang dulu kau namakan cita-cita dan impian. Itu bukan ketololan jika engkau masih bisa meraih sesuatu yang lain yang tak pernah menghilangkan pedulimu dan menambah mudharat terhadapmu. Bukankah kita bisa tetap ber-hamdalah, karena ternyata kita masih diberi waktu untuk berusaha akan hal lain yang lebih baik, kita masih bisa berada di dekat orangtua dan solat berjamaah dengan mereka, kita masih selalu ingat dengan seseorang yang kita sebut pacar untuk tetap mendoakannya.
Passion atau apapun namanya, tidak akan pernah mematikan sesuatu yang lain. Ia tidak menjadikanmu sekenanya, sesempatnya, sepedulinya, dan seenaknya. Atau jika begitu, kau sedang meminum racun dan menunggu perayaan kematianmu. Tidak hanya dirimu, engkau bahkan secara perlahan membunuh orang yang engkau sayang yang juga menyayangmu. Lebih buruk lg engkau namakan semua itu "demi mereka dan kebahagiaan mereka kelak".
Padahal, sadarkah engkau semua itu demi bahagiamu semata, selama ini.
*****
"lo boleh punya cita-cita, Ve. Lo bahkan bebas bermimpi. Tapi ada satu yang perlu lo inget. Cita-cita dan mimpi lo bukan hal yang bisa membuat lo jadi pemerkosa hak orang, jadi perenggut kebebasan lo sendiri."
"gw gak boleh jadi apa-apa, Sam?"
"mungkin terlalu kasar kalau gw sebut ini sebagai konsekuensi. Ya apapun namanya lah. Lo punya ortu, konsekuensinya ya lo jadi anak berbakti sama ortu. Lo punya temen, konsekuensinya ya lo bantu temen sebisa dan semampu lo dan jaga silaturahmi. Lo punya pacar, konsekuensinya ya lo jadi pacar yang baik. Lo punya.." Sambu terhenti bicaranya sambil memandang aneh ke Veka. "kenapa?" tambahnya.
"gapapa," Ve singkat. "seneng aja liat lo banyak ngomong sambil sok tau gitu. Jarang banget!"
"lo mau bilang gw bawel lagi?"
Sambil geleng kepala, "enggak.." kata Ve.
"lo jangan kayak gini mulu ya!"
"kayak gini apa sih, Sam?!"
"gak selamanya gw ada. Gak selamanya bokap lo ada terus buat lo. Gak selamanya kita bisa terus jagain lo.."
"mulai deh ngomong ngaco!!!! Nyebelin!"
"tuh kan masih kayak gini aja lo." Sambu sembari ngeleos mukanya ke arah berlawanan.
"bokap gw bakalan slalu ada, jagain gw. Gak kayak lo!"
"tapi gw seneng lo gak pernah nangis lagi selama pacaran yang ini. Apa karna baru ya?" Sambu meledek.
"sialan lo, Sam!"
"bagus laaah, jadi lo gak perlu nghalangin temen lo lagi kayak dulu."
"emang gw pernah nglarang-larang, halangin lo pacaran sama cewek?" Ve agak ketus.
"bukan.. Ya dulu kan lo pernah nghalangin gw waktu mau bikin orang babak belur." Sambu sambil senyum-senyum. "siapa tuh namanya? Sekarang namanya mantan ya kalo gak salah?" kemudian tertawa lepas.
"kampret lo, Sam!" Veka sambil tak henti menarik rambut sahabatnya. Masih di tribun lapang, tempat kesukaan mereka.
Lantas, selama satu jam mereka disana, apa ada yang lebih bahagia dari yang mereka rasa saat itu.
0 komentar pembaca:
Posting Komentar