dulu, jika kita merasa pernah membangun bersama sebuah perusahaan yang masing-masing dari kita punya besaran investasi bagi perusahaan kita, hanya kita berdua pemegang saham (kepemilikannya) nya, yang kita anggap berapapun orang lain ingin beli saham kita dengan harga tertinggi sekalipun, dengan sombongnya kita anggap nominal tersebut terlalu murah untuk saham kita. begitu berharga bagi kita apa yang kita bangun bersama dulu. kepemilikan amat berharga bagi kita dan tidak rela kita melepas perusahaan yang pernah kita bangun bersama.
kalau dulu aku bekerja keras untuk tau sisi negatifmu, saat ini, tanpa perlu usaha apapun, semua tampak negatif dan berkebalikan jadi begitu sulit menemukan sesuatu yang positif dari kamu.
saham yang dulu aku anggap begitu berharga, sekarang aku mampu menjualnya dengan harga begitu murah karena tidak ingin lagi peduli. perusahaan kita sudah tak bisa lagi berdiri, kamu yang menghancurkannya dengan sebuah khianat yang rasanya sulit untuk diikhlaskan.
aku masih punya sisa-sisa tenaga, masih punya sisa cita-cita, masih akan aku perjuangkan untuk dirikan lagi perusahaan yang jauh lebih baik kualitas GCG nya, lebih abadi going concern nya, lebih ideal SPI nya.
aku tidak akan berbalik doa mohonkan keburukan bagimu, tidak akan pernah aku lakukan. tapi mungkin suatu hari, akan ada batas bagi hati ini untuk berhenti berdoa bagimu dan berganti sibuk dengan doa-doaku untuknya, seorang investor lain yang lebih cerdas analisanya, lebih bagus landasan pikirnya, lebih konsisten dengan pengendalian internalnya, lebih hebat dalam mengurusi keberlangsungan perusahaan kami nanti, investor yang tidak akan mau khianat karena paham dengan apa yang dia ucapkan.
0 komentar pembaca:
Posting Komentar