GWS, Kar...

kata orang-orang, jadi mahasiswa tuh enak, apalagi kalo kos. mungkin iya sih, bisa pulang malem, bisa bikin aturan sendiri, bisa belajar tanggung jawab. tapi ada gak enaknya juga. kalo lagi sakit, gak bisa bobo sama mama, gak bisa dikelonin mama, gak bisa tuh pagi-pagi bangun dalam keadaan lagi dipeluk mama :(( dan lebih gak enak lagi kalo pacar gak dateng ke kos *manyun

olah data variabel intervening

beberapa hari lalu di kelas ada yang tanya tentang variabel moderasi dan variabel intervening. nah, jadi bikin aku inget sama janji aku buat sedikit nulis tentang variabel intervening. kalau ada yang inget sama tulisan aku yang ini >>> variabel moderasi (moderating variable) VS variabel intervensi (intervening variable) <<< udah lama banget ditulisnya, februari tahun lalu. yah dengan nulis ini sekarang, mudah-mudahan terbayar utang aku, janji sama yang pernah nge-message minta bahasannya dilanjutin. aku coba yah, bismillahirahmanirrahiiim...

buku acuan yang aku pake ini bukunya Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com, Akt. bukunya bagus :)

variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. apa bedanya sama variabel moderasi, ada yang inget? jadi kalo variabel moderasi kan fungsinya untuk memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. sekilas yah, bahasa gampangnya kayak gini: misal judulnya kayak gini "pengaruh laba terhadap kinerja perusahaan dengan pembagian devidend sebagai variabel moderasi". jadi gini, secara langsung, diindikasikan yang namanya laba sebagai variabel independen mampu mempengaruhi kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. tapi ternyata walaupun perusahaan tuh laba, kan belum tentu bakalan ngebagi devidend ke pemilik modal kan. nah jadi, jika perusahaan membagikan devidend, maka diindikasikan kinerjanya semakin baik. jadi pembagian devidend dapat memperkuat hubungan antara variabel independen dan dependen nya, gitu logika gampangnya sih... atau misal ada judul begini: "pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan CSR disclosure sebagai variabel moderasi". nah, secara langsung, diindikasikan kinerja perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, artinya, semakin baik kinerja keuangan sebuah perusahaan maka diindikasikan akan semakin naik juga nilai perusahaannya. nah, ada yang namanya CSR disclosure. dalam pandangan investor, perusahaan yang mendisclose kegiatan CSR nya, artinya perusahaan tersebut bertanggung jawab secara sosial yah misal gampangnya sih peduli lingkungan dan masyarakat sekitar gitu, produknya sehat, dll. sehingga jika perusahaan memperhatikan lingkungan, maka suistainbility nya akan semakin panjang, dan hal ini merupakan sesuatu yang positif bagi investor, dan nilai perusahaan tersebut akan semakin baik dalam pandangan investor. jadiiiiiii, CSR disclosure dapat memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. kira-kira begituu, kawan! :)
nah kalo variabel intervening, modelnya kayak gini:



selanjutnya dari model itu, misalnya kita pake:
variabel independen (X1) = organizational learning
variabel dependen (Y) = kinerja keuangan
variabel intervening = kemampuan teknologi informasi

model penelitiannya jadi seperti di bawah ini. ini aku dapet dari penelitiannya Bpk. Sadat Amrul S dan Bpk Eny Hardi, dari SNA 2009 yang diadakan di Palembang, barusan ngubek2 file SNA kebetulan nemu contoh penelitian yang pake variabel intervening. judul penelitian beliau judulnya "Pengaruh Organizational Learning dan IT Capability Terhadap Financial  Performance, dengan IT Capability Sebagai Variabel Antara". variabel antara itu maksudnya intervening yah... berikut model penelitiannya:


coba sekarang abaikan dulu yang hipotesis dua (H2) dan hipotesis tiga (H3) pada model penelitian tersebut. aku yakin udah pada tau cara regresi H2 dan H3 nya yah..

>> untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis). analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. apa yang dapat dilakukan oleh analsisi jalur adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kasualitas imajiner.<< (Imam Ghozali, page 210).

berdasarkan model jalur diajukan hubungan berdasarkan teori bahwa organizational learning mempunyai hubungan langsung dengan kinerja keuangan (H1). namun demikian organizational learning juga mempunyai hubungan tidak langsung ke kinerja keuangan yaitu dari organizational learning ke kemampuan teknologi informasi (H4 yang kiri) baru kemudian ke kinerja keuangan (H4 yang kanan). nah, total pengaruh dari organizational learning ke kinerja keuangan (korelasi organizational learning dan kinerja keuangan) sama dengan H1 + H4. sebenernya bukan hipotesisnya yang ditambah-tambahin gini sih yah, gimana yah, bingung nulisnya. jadi tuh jalur nya gitu... kayak gini:

mudah-mudahan jelas yah gambarnya.. ini rada bingung gimana nulisnya yah, hehe kalo mau jelas coba baca bukunya Imam Ghozali yang warna biru judul Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS.

yah gitu pokonya ntar cara ngolah datanya gak sulit kok... lain dengan variabel moderasi, secara teknis aku belom pernah penelitian pake variabel intervening. ya kecuali kalo ada proyekan ntar, hahaha.... tapi kalo jumlah variabelnya kayak contoh diatas, gak rumit kok. kalo variabelnya buanyak ituh yang lumayan rumit.
nih yah langkah analisisnya di SPSS:
regresiin dulu pertama yang organizational learning (dikotak independent) sama kemampuan teknologi informasi (dikotak dependent) >>>> ini dapet output persamaan regresi 1
terus yang kedua regresiin deh yang kinerja keuangan (dikotak dependen) sama variabel organizational learning dan variabel kempuan teknologi informasi (dikotak independen) >>>> ini dapet output persamaan regresi 2.


waaa aku pegel nih nulisnya, bersambung dulu yah :)

lofffyyyaa hunhun

kalau pernah kamu bilang; "aku sayang kamu"
sadarkah kamu telah membentuk sebuah teorema?
taukah kamu apa itu teorema?
teorema adalah pernyataan yang perlu dibuktikan kebenarannya.
teorema mu akan terbukti benar jika memenuhi aksioma.
taukah kamu apa itu aksioma?
aksioma adalah pernyataan-pernyataan pendahulu yang telah diakui kebenarannya.
adakah kamu memiliki aksioma yang dapat mendukung teorema mu?

atau begini saja.
taukah kamu ada dua bentuk teorema?
baiklah, yang pertama biimplikasi dan yang kedua adalah implikasi.
taukah kamu seperti apa bentuk teorema biimplikasi?
ialah berbentuk: "(pernyataan A) jika dan hanya jika (pernyataan B)".
taukah kamu seperti apa bentuk teorema implikasi?
ialah berbentuk: "jika (pernyataan A) maka (pernyataan B)".

tapi kamu bukan matematika, sayang!
teorema mu lain.
jadi, dengan apa kamu membentuknya?
saat aku tanya "mengapa" atas teorema mu,
kamu bahkan tak punya alasannya.
tapi sepertinya kamu memang benar,
tidak butuh "karena blablablaaa..." untuk sebuah "aku sayang kamu".

dan...
aku sayang kamu, Kurusetra!

yang pasti didunia ada tiga: mati, pajak, matematika.

ada yang bilang 5=4 tuh bener, hahaha malem2 gini dibikin olahraga, tapi lumayan juga, seru! sampe gue ngotret beneran doooong, iseng amat sendirian di kamar.. hihiiii
mas nya ini pake notasi a, b, c. diasumsikan a=4 b=5 dan c=1
dengan penasarannya gue sampe nyobain beneran. yang sebelah kiri itu punya mas nya, yang kanan punya gue. horee seneng ajee bisa tau dimana salahnya, jadi 5 tuh gak sama dengan 4. hihiii emang pinter banget tuh orang.

penasaran lagi sama satu soal yang dia bilang 1=0
wkwkwkkk mana adaaa begitu, dan dengan penasaran lagi gue kotret doooong *bodoh yah gue pake beneran dicobain*. abisnya penasaran siii, nih hasilnya
yang atas itu punya mas nya, yang bawah punya gue. tapi oon nya gue, masih rada bingung juga sama yang ini. kayaknya ada sesuatu yang gue lupa deh yah... tapi yang jelas, akar +- itu emang bisa +- gitu kok, kalo mas nya pake yang minus, ya gitu, terus gue cobain pake yang plus. lha ituuu mbingungi ik....

teori relativitas


".... Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS: Al-Hajj:47).

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs: As-Sajdah:5).

"Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS:70:3-4).

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: An-Naml:88).


"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (QS: 23:122-114)
 
 
 
ini beneran subhanallah....
ini semua ada sebelum Al-Kindi dan Einstein bicara atau bahkan lahir.

market value, aku, kamu, jendral, dan standar deviasi

aku kalah bukan sebelum aku mulai angkat senjata. aku kalah bukan karena tidak tepat menganalisis berapa market value sebenarnya saat itu. percayalah karena sudah darisananya preposisi tercipta bukan dari teori yang kuat. pun ternyata, segumpal darah ini ternyata tidak lebih kuat dari teori yang mendukung preposisi. adalah ini, pengorbanan terakhir? tidak. akan selalu ada pengorbanan disaat bersamaan saraf motorikku masih mampu memberi perintah pada jasad.

ini bukan masalah overvalue. aku tau benar berapa besaran market value nya. ini masalah lain. jadi jangan bilang aku kalah karena salah analisis.

hei, aku investor jangka panjang. aku suka dengan analisis fundamental, bukan sekedar melakukan hal (mirip) gharar layaknya analisis teknikal. aku tau bagaimana rumusnya, aku tau darimana aku harus mulai menghitung dan aku bisa dengan tepat mengetahui berapa nilainya. perlukah aku sadarkan, bahwa dari sisi aset saja, sudah begitu jauh? sekalipun sama besarnya, tentu jelas terlihat ada perbedaan proporsi elemen likuidnya. jadi jangan lagi bilang aku salah ya?

kalau Reeza, teman kami yang tempramen dan hoby bikin coach marah masih ada, pasti aku tarik dia ke arahmu. kamu harus tau tentang teorinya yang mengatakan, hidup adalah tentang menjemput bola, bukan nunggu dioper! begitu dia selalu bilang, dengan cara yang sama, dengan yakin seolah tidak ada teori lain yang mampu mematahkan teorinya. dan mereka, teman satu tim, percaya dengan teorinya. aku rasa hanya ini hal satu-satunya yang membuat coach bangga padanya, karena selalu mampu mensugesti teman satu tim.

dan, tentang investasi jangka panjang ini. tidaklah ringan resiko yang aku ambil, yang kami hadapi, tapi aku berharap akan ada high return dibaliknya. sekali lagi, aku tidak overvalue, aku tau dengan tepat. jadi jangan bilang aku salah, atau tetap khawatir tentang ini. resiko ini, semua perlu tau. aku bukan Fatimah, aku tidak sebaik dirinya, dan aku tidak sedang menghadapi Rasul. beliau seorang Jendral bagi kami, bukan Rasul. jadi mungkin butuh setidaknya menjadi Jendral juga untuk dapat menaklukkannya.

resiko hanya standar deviasi. adalah sebuah penyimpangan yang mungkin terjadi dari sesuatu yang diharapkan. kalau penyimpangan bisa terjadi ke arah yang lebih buruk, maka bukan tak mungkin bisa menyimpang ke arah yang lebih bagus. kami hanya perlu meng-exercise-nya dengan baik, seperti saat para miliarder meng-exercise kontrak future dan forward mereka.

net present value of blablabla

rumah berbeda dengan hotel.
istri tidak sama dengan pelacur.
anak bukan mainan.
janji tidak akan pernah bisa untuk digugat, karena janji adalah janji, hal yang berbeda dengan perjanjian yang bila dilanggar bisa diajukan gugatan.
perasaan tidak akan pernah bisa diajukan pailit meski pelakunya berhutang rasa setidaknya pada dua orang saja dan tidak dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo.
jangan mengatasnamakan sesuatu untuk suatu hal yang lain, yang tidak sama baik secara harfiah pun measures and recognition nya, terlebih berbeda maqom nya.
jangan menggadaikan kepercayaan pada keadaan yang biasa disebut 'terpaksa' oleh seonggok daging berjudul manusia, yang bila ditanya akan memberi alasan. alasan yang bukan jawaban.
hanya butuh satu untuk hidup menjadi benar: baik dengan cara yang baik.
that's all.

untuk Langit saja

jangan karena "kesabaran itu tak berbatas", lantas memantaskan diri untuk seenaknya terhadap si pelaku kesabaran. hidup bukan begitu. ah, peduli apa dengan sampah ini, semua tau yang nulis gak pinter apalagi paham hidup.

dear jendral

Turunin standarnya sedikiiit ajaaa, pliiiss!


Published with Blogger-droid v2.0.1

sepak bola mampu menyatukan banyak hal



Siang yang terik di sabtu pekan ini. Ya, musimnya memang sedang memudahkan emosi jadi pasang surut. Tidak dengan Veka, perempuan 18 tahun yang saat itu duduk diam, nyaman duduk di tribun penonton yang keras, betah menunggui sosok tinggi kuat yang sedikit kurus, setelah akhirnya 10 menit kemudian didapatinya raga yang dinantinya, duduk disampingnya. Sudah hafal betul mereka dengan bau rumput lapang, tekstur lantai tribun, bahkan arah angin yang menyapu tiang gawang. Adalah Zura, lelaki 19 tahun yang sudah dikenalnya sejak sembilan tahun lalu, yang satu tahun terakhir memenuhi hati Ve, tanpa cela, tanpa cacat.

"aku telat lagi." kata Jula, begitu Ve memanggilnya. "udah laper ya?" lanjutnya sembari menaruh tas ransel berisi kaos tim, buku fisika, bahasa inggris, dan, matematika, sesuatu yang tak pernah ia suka.

"aku udah habisin oreo satu bungkus nih.." Ve sambil tak minat melihat pada lawan bicaranya.

"hehehee" Jula nyengir sambil keluarin isi tas nya. "baru ilang seperempat udah dibilang habis." sambil senyum. "pacarnya kapten yang jago matematika nih udah gak jago ngitung lagi ya?" becanda lagi, sambil menaruh kembali ransel kosong dipundaknya. "yuk, makan!" tangannya kini menarik tangan Ve yang saat itu ditaruh disamping duduknya.

Ve malah tidak mengiyakan ajakan Jula, menarik lepas tangannya, dan berpaling ke arah Jula, arah dimana angin bisa menyentuh pipi dan matanya. "kenapa kamu pakai nomor punggung sebelas?" Veka dengan wajah tanya.

"kok bahas ini. beneran pengen tau?" Jula balik tanya.

"tadi di kelas, Yudha bilang alesan kenapa dia pake nomor punggung sebelas." Ve mengawali ceritanya, masih sambil memerhatikan Jula. "katanya, sebelas itu artinya jadi nomor satu dari yang kesatu." Ve kini duduk lebih tegak. "alesannya klise, menurutku. Atau kamu juga punya alasan yang sama?"

"emang penting ya kamu tau alesan aku pake nomor punggung sebelas?" Jula sedikit heran.

"yaa aku tau kamu suka Giggs, tapi, barangkali kamu punya alasan lain. Seperti batu yang dilempar ke atas pasti jatuh lagi, karena ada gaya gravitasi. Atau seperti warna pelangi yang muncul, karena ada titik-titik air dan sinar matahari. Atau seperti jika mencari ukuran suatu sisi segitiga harus membagi dulu sinus terhadap cosinus, karena ilmu pasti yang akan mengantarkan kita pada suatu jawaban mutlak, pasti. Atau karena senyawa..." belum sampai penjelasannya tentang senyawa kimia, Jula berhasil menutup mulut Ve agar berhenti dengan teori-teori yang ia dapat juga di kelas, di sekolah yang berbeda dengan Ve yang sangat membosankan baginya.

"seperti ketika daun jatuh dari pohon adalah karena kehendak Allah? Karena menurut kamu, segala sesuatu terjadi demi setidaknya satu buah alasan?" Jula berhasil membuat Ve diam, namun tak menghentikan aktivitas Ve yang masih dengan seksama memperhatikannya.

Jula kemudian melanjutkan, "karena sebelas berarti kita." Jula singkat.

"kok gitu?" Ve bingung.

"iya, sebelas tuh kita. Satu aku, satunya lagi kamu." kata Jula sambil mengusap kepala Ve.

Ve cuma senyum, nyengir, meski tidak seratus persen paham dengan maksud pacarnya. "kok senyum doang?"

"gak paham!" kata Ve sambil nyengir. "tapi seenggaknya alasannya gak klise kayak yang Yudha bilang." katanya lagi kemudian tertawa.

Siang yang terik hari itu, tidak akan menjadi seteduh itu tanpa senyum yang terpendar dari salah satunya, tanpa kesabaran interaksi dari salah satunya, dan tanpa pohon rindang yang letaknya gak jauh dari tempat mereka duduk sambil mengkonsumsi O2 gratis dari sang pencipta. Apa ada yang lebih berarti bagi Zura, selain memenangkan pertandingan dan kebersamaan seperti ini tentunya, sesuatu yang tak bisa ia pungkiri, tidak ingin ia lepaskan dari hidupnya.

"kenapa kamu cinta lapangan, sampe pernah tidur di lapang waktu lagi suntuk, walaupun besoknya gak masuk sekolah krn masuk angin?" Veka kembali dengan pertanyaan-pertanyaan konyolnya.

"siapa juga yang cinta lapangan..." kata Jula dengan enteng menjawabnya. Posisi mereka kini sama-sama menghadap ke rumput lapang.

"kenapa kamu cinta sepak bola?" Ve gak mau diam.

"dan kenapa bagi kamu, semua pertanyaan harus dijawab?"

"ya karena kalo ada pertanyaan pasti ada jawabannya. Ada suatu kalimat fakta atau entah apa namanya yang tidak diketahui sebagian orang, yang bikin orang tersebut jadi punya pertanyaan. Jadi pasti ada jawabannya." panjang lebar Ve menjelaskan demi sebuah jawaban yang hampir mutlak itu bukan materi UN sekolahnya nanti.

"karena sepak bola mampu menyatukan banyak hal." satu kalimat cukup baginya untuk menjawab pertanyaan perempuan yang disayangnya. Tapi Ve, apa pernah ia puas hanya dengan satu kalimat jawaban? Seperti halnya ia tak pernah puas dengan pencapaian-pencapaiannya yang hanya mendekati target. Tapi Zura, kapten tim Mirlos FC, paham betul dengan isi kepala Ve. "dulu, aku suka sepak bola tidak seperti sekarang aku suka. Dulu, aku suka bola karena begitu konyolnya 22 pria dewasa berebut bola dengan kaki masing-masing, sekaligus mengajarkan banyak hal." katanya berusaha menjelaskan. "tapi..." katanya lagi. "sejak setahun lalu, aku tau sepak bola lebih dari sekedar itu. Sepak bola mampu menyatukan banyak hal, seperti ia menyatukan kita. Iya kan?" kata Jula yang tersenyum menutup kalimat terakhirnya sambil menunggu senyum Ve.

Kali ini, Ve dibuatnya senyum lagi. Tanpa kalimat tambahan yang menunjukkan ketidakpuasannya mendapat jawaban.

Hal apa yang lebih membahagiakan dari sebuah kebersamaan penuh kasih, konsisten pada komitmen, dan rasa suka untuk sama-sama saling memberi. Agaknya tidak ada yang mampu membayar hal semacam ini, jika harus terenggut suatu masa entah apa alasannya, sampai ternyata 'jarak' lah yang mampu membuat mereka kalah, pada akhirnya.

Ve masih tersenyum, saat itu, saat kepalanya berpikir; jika suatu saat kita gak lagi bersama, masihkah kamu pakai nomor punggung yang sama, atau akan kamu berikan ke siapa angka satu yang tadinya buatku? Jika suatu saat kita gak lagi bersama, masihkah kamu cinta sepak bola, atau sepak bola akan tetap berpihak padamu, menyatukan kamu dengan orang lain?


*****


Setelah lima tahun lewat sejak masa itu, setelah empat musim akhirnya Ve menang, berhenti dari kegiatan sia-sia yang membuang waktu hanya untuk mengalihkannya dan mencari hal lain untuk memenuhi kepalanya, setelah tiga tahun belakangan tidak ada lagi kapten dihatinya. Saat ini ia sadar, mungkin seorang jendral lah yang hanya butuh waktu sekian jam untuk menguasai hatinya sekarang. Ia tau kini, sepak bola berpihak padanya. Sepak bola mampu menyatukan banyak hal, termasuk menyatukan ia dan sosok yang memenuhi hatinya sekarang.


Published with Blogger-droid v2.0.1