saya juga suporter

saya tidak peduli apa yang terjadi, saya tau kalian bukanlah tanpa usaha. Saya tidak peduli dengan apa yang terjadi, karena cinta saya tidak berdasar pada kemenangan atau kekalahan kalian. Karena dukungan saya untuk kalian bukan dimulai sejak kalian masuk final AFF tahun ini, dan insyaAllah tidak berakhir sampai disini aja.

Saya emang lebih suka permainan Tema Mursadat daripada Markus. Saya pernah heran kenapa yang kepilih masuk timnas tuh Markus sama Ferry, kenapa bukan Tema sama Ferry (Ferry Rotinsulu kiper yang aku suka setelah Tema). Tapi seorang temen bilang, suporter dan fans bisa bilang apa aja, tapi pelatih yang lebih tau. Gitu katanya. Ya okelaa, itu artinya pelatih juga lebih tau kenapa anak asuhannya bisa kalah atau menang. Dan sekarang saya mencoba dewasa. Saya emang percaya, siapa pun pemainnya, kalo latihan bener ya pasti bisa. Bukan karena kalah terus saya bilang latihan mereka gak bener. Saya juga gak tau latihan di timnas tuh kayak apa, saya cuma tau latihannya tim ecek-ecek yang tandingnya paling jauh cuma antar kabupaten aja. Tapi saya lebih percaya, kalo kita belum memenangkan sesuatu, itu artinya menurut Allah usaha kita masih kurang, maka berusahalah lebih dari sebelumnya.

Hanya itu kan rumusnya? Usahakan, berdoa, dan pasrah. Itu saja, tidak perlu memasukkan variabel dendam atau apa. Percaya deh, semua tuh bergantung pada niatnya. Kalau (ini kalau loh ya, tolong garis bawahi sendiri) salah satu pemain ada yang pengen menang karena ada pikiran (niat) untuk membalas dendam, atau untuk memperlihatkan ke lawan bahwa : liat deh, kalian gak lebih jago dari kita. Hei inget gak, sekecil apa pun niat, itu tetap niat. Kalo niatnya jelek, gimana Allah mau kasih kelancaran. Itu seandainya loh ya, tapi mudah-mudahan positif thinking saya (temen-temen timnas tidak seperti itu) ini benar. Dan mengenai dendam. Hei emang punya dendam apa sih negara kita sama mereka? Mereka emang ngaku-ngakuin kekayaan kita sebagai milik mereka, semacem menjiplak ajah tuh mereka. Ya gitu, namanya murid, emang suka menjiplak gurunya. Yah gitu, manusiawi kayaknya kalo seorang guru juga ada rasa jengkel sama murid. Kalo gitu, kita-kita ini artinya harus lebih cinta sama kekayaan n budaya kita. Ya ibaratnya kalo kita tau suatu ilmu, ya ada implementasinya, nah misal kalo kita punya kebaya atau batik ya dilestarikan (ajarin gw dong, hehe). Dan si guru ini, asumsinya lebih pinter. Kalo gitu, cerdaskan anak-anak bangsa biar tau gimana caranya supaya kekayaan n budaya bangsa gak diakui sama negara lain. Saya percaya di negeri kita banyak orang yang pintar dan cerdas, tapi yang begonya kebangetan juga ada. Bego tuh misalnya orang-orang yang korupsi, orang-orang yang masuk universitas atau sekolah tapi pake jalur belakang, orang-orang yang sampai hati menghianati istri/suami dan anaknya, orang-orang yang gak mau bayar pajak (kayak orang itu tuuuuuuhhhhh, yang pendapatannya gede banget tapi gak mau bayar pajak), orang-orang yang sengaja tidak adil dalam memimpin sebuah pertandingan, orang-orang yang dzalim terhadap dirinya sendiri >>> banyak bener yah contohnya! Tapi kayaknya masih ada lebih banyak lagi, hehehe.

Anyway, saya cinta sepak bola, meski saya gak bisa bermain bola. Bukan karena siapa-siapa, awalnya waktu kelas enam SD, lihat Totti bikin gol, langsung tertarik (itu berarti karena seseorang yah? Hehe). Tapi maksudnya bukan karna saya pernah punya pacar yang doyan maen bola, karena sebelum kenal dia juga saya udah suka sepak bola. Bukan juga karena temen-temen saya juga doyan maen bola, toh saya gak ikut maen bareng mereka kan saya cewek. Saya cinta sepak bola, entah kenapa. Mungkin karena sebuah pertandingan sepak bola tuh bagi saya mampu menggambarkan kehidupan. Yang kenal sama saya pasti tau maksudnya. ?

2 komentar pembaca:

Kamar Cewek mengatakan...

Terkadang cinta mesti dibagi, mungkin disana ada yang juga mencintai yang u cinta.
jadi sudikah u berbagi satu cinta?

kartika diah mengatakan...

saya gak pernah bisa membagi cinta.. seperti contohnya, ketika saya memang cinta dengan Tuhan saya, saya gak akan rela membaginya dengan yang lain. ketika saya solat kemudian ponsel saya berdering, saya tetap pada aktivitas solat saya, tidak lantas berhenti untuk mengangkat telpon tersebut.. hehe contoh sederhana aja..

Posting Komentar